A. ANALISIS
KESEIMBANGAN MODEL KESEIMBANGAN KLASIK
Analisis keseimbangan adalah
analisis ekonomi makro tentang terbentuknya tingkat harga dan jumlah output
berdasarkan asumsi bahwa pada setiap pasar (barang dan jasa, tenaga kerja, uang)
permintaan telah sama dengan penawaran, sehingga permintaan agregat telah sama
dengan penawaran agregat.
Keterbatasan dari analisis
keseimbangan ini adalah asumsi yang mendasarinya kurang realistis, terutama
bila analisis jangka pendek. Dalam analisis keseimbangan, kita memperbanyak
asumsi-asumsi dan faktor-faktor ceteris
paribus. Tujuannya adalah agar analisis dapat menjadi lebih fokus.
1.
Karakteristik Analisis Keseimbangan Klasik
a. Asumsi-asumsi
Dua asumsi paling penting yaitu perekonomian tersusun
dari pasar yang berstruktur persaingan sempurna (perfect competition) dan uang bersifat netral (money neutrality). Konsekuensi dari asumsi ini adalah harga
bersifat fleksibel (price flexibility),
dalam arti mampu melakukan penyesuaian. Dengan demikian, pasar akan senantiasa
berada dalam keseimbangan.
b. Pentingnya Fondasi Analisis
Keseimbangan Mikro
Dalam pandangan kaum Klasik, perekonomian secara makro
akan berada dalam keseimbangan jika setiap konsumen telah mencapai kondisi
kepuasan / kegunaan maksimum, sedangkan setiap produsen telah mencapai laba
maksimum.
c. Pentingnya Analisis Sisi Penawaran
Jika penawaran tergangu, konsumen dan atau produsen tidak
atau belum mencapai keseimbangan. Pentingnya analisis sisi penawaran dari Teori
Klasik dapat dipahami bila melihat situasi dan kondisi masyarakat pada saat
teori ekonomi modern mulai berkembang. Di era modern sekarang ini, analisis
sisi penawaran masih cukup relevan. Sebab tanpa insentif dan stimulasi di sisi
penawaran perekonomian sulit berkembang.
d. Analisis Jangka Pendek dan Jangka
Panjang
Analisis jangka pendek umumnya berdimensi waktu 5 tahun. Dalam jangka panjang semua input bersifat variabel. Sementara itu,
dilihat dari sisi penawaran, dalam jangka panjang perekonomian dianggap berada
dalam kondisi dimanfaatkan/dikaryakan secara penuh (full-employment). Yaitu kondisi di mana faktor produksi yang ada,
terutama barang modal dan tenaga kerja, tingkat pemanfaatannya 96%.
2.
Fungsi Produksi Agregat
Dalam model Klasik, produksi merupakan fungsi dari jumlah
barang modal yang tersedia (K) dan jumlah tenaga kerja (L).
Y = f(K,L)
Dimana: Y = output
atau produksi agregat (PDB)
K = stok barang modal
L = tenaga kerja
Dalam jangka pendek, stok barang modal dianggap tetap,
sehingga fungsi produksi menjadi:
Y = f ()
Dimana:
Karena itu, tingkat produksi agregat semata-mata
ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan:
Y = f (L)
Dimana :
Artinya, pada awalnya penambahan tenaga kerja akan meningkatkan
produksi agregat, tapi karena berlakunya hukum pertambahan hasil yang makin
menurun, sampai jumlah tertentu penambahan tenaga kerja akan menurunkan output agregat. Dalam analisis mikro,
hal tersebut divisualisasikan dalam grafik sebagai kurva produksi total dan
kurva produksi marginal berikut ini.
3.
Kesempatan Kerja Dalam Keseimbangan
Yaitu jumlah kesempatan kerja yang tersedia pada saat
pasar tenaga kerja dalam keseimbangan. Kesempatan kerja dalam keseimbangan
tidak mencerminkan kesempatan kerja yang sebenarnya tersedia, sebab kesempatan
kerja yang tersedia ditentukan oleh permintaan tenaga kerja. Sedangkan
kesempatan kerja dalam keseimbangan merupakan interaksi antara kekuatan
permintaan dengan penawaran tenaga kerja.
a. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja dalam keseimbangan adalah jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai laba maksimum. Karena
beroperasi dalam pasar persaingan sempurna, maka posisi perusahaan adalah price taker, di mana harga yang ditetapkan
pasar merupakan penerimaan marjinal (marginal
revenue / MR) perusahaan. Untuk mencapai kondisi laba maksimum, perusahaan
harus menyamakan MR dengan MC (MR = MC).
Biaya marginal (MC) adalah tambahan biaya yang harus
dikeluarkan karena menambah output sebanyak
satu unit. MC berbanding terbalik dengan produksi marjinal tenaga kerja (MPL),
sehingga jika upah per orang tenaga kerja adalah W, maka biaya marjinal (MC)
adalah:
Karena laba maksimum tercapai pada saat MR = P = MC,
maka:
Persamaan tersebut mengambarkan fungsi permintaan tenaga
kerja yang secara umum dapat ditulis sebagai :
(W / P) disebut sebagai upah rill (real wage). Upah riil akan berubah jika upah nominal dan atau
harga berubah. Jika tingkat upah berubah dianggap tetap, dari persamaan (W / P)
terlihat bahwa upah riil akan menjadi lebih rendah bila tingkat harga jual
barang makin tinggi.
Tingkat upah riil juga akan turun jika harga jual barang
tetap, tetapi tingkat upah nominal turun. Bila upah riil turun, produsen akan
mau menambah tenaga kerja yang digunakan. Sebab, jika harga jual naik, produsen
mau meningkatkan produksinya, yang berarti meningkatkan permintaan tenaga
kerja. Permintaan terhadap tenaga kerja berbanding terbalik dengan tingkat upah
riil:
Jika upah riil turun, permintaan terhadap tenaga kerja
meningkat. Jumlah tenaga kerja yang memberikan keuntungan maksimal tercapai
pada saat upah riil (W / P) sama dengan produksi marginal tenaga kerja (MPL).
Kondisi keseimbangan tersebut digambarkan dalam diagram berikut.
Perusahaan akan mencapai laba maksimum jika jumlah tenaga
kerja yang digunakan sebesar L*. Sebab pada saat itu (M / P) = MPL.
b. Penawaran Tenaga Kerja
Yaitu jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh individu
(konsumen) pada berbagai tingkat upah (nominal), dalam upaya memaksimumkan
utilitas hidupnya. Jadi, dalam analisis makro Klasik, penawaran tenaga kerja
merupakan konsep keseimbangan konsumen.
Sama seperti produsen, pertimbangan utama konsumen untuk
mengalokasikan jam kerjanya adalah tingkat upah riil. Jika upah riil makin
tinggi, maka biaya ekonomi dari tidak bekerja akan makin mahal. Dengan
penghasilan yang tinggi, konsumen akan mencapai kondisi keseimbangan di tingkat
yang lebih tinggi juga. Atau utilitas hidup konsumen makin tinggi. Sehingga
hubungan positif antara upah riil dengan penawaran tenaga kerja :
Dimana: SL = penawaran tenaga kerja
(W / P) = upah
riil
c. Keseimbangan Pasar
Tenaga Kerja dan Tingkat Output
Keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai ketika
permintaan tenaga kerja sama dengan tingkat penawarannya. Ketika itu, baik
produsen maupun tenaga kerja telah mencapai kondisi optimal. Keseimbangan pasar
tenaga kerja tercapai pada saat kesempatan kerja adalah L*, dengan tingkat upah
riil adalah (W / P)*.
Jika jumlah tenaga kerja yang digunakan sebesar L*, maka
tingkat produksi pada kondisi keseimbangan adalah Y*. Besarnya Y* dapat
dihitung dengan berdasarkan fungsi produksi, Y = f(L).
4.
Jumlah Uang Beredar, Keseimbangan Ekonomi, & Tingkat Harga
Uang tidak dapat memengaruhi tingkat output. Penambahan jumlah uang berdar hanya akan meningkatkan
permintaan agregat.
Jika jumlah uang beredar terus ditambah (25% per tahun),
permintaan agregat juga makin besar. Hal itu ditunjukkan dengan bergesernya
kurva permintaan agregat (AD) ke kanan.
b. Penawaran Agregat
Dalam analisis keseimbangan Klasik, perekonomian berada
dalam kondisi kesempatan kerja penuh (full-employment).
Konsekuensi dari asumsi ini adalah tingkat penawaran tidak dapat ditambah lagi.
Secara grafis hal itu ditunjukkan dengan tegak lurusnya kurva penawaran
agregat.
c. Pengaruh Proporsional Jumlah Uang
Beredar terhadap Inflasi
Keseimbangan ekonomi akan tercapai jika AD = AS. Analisis
grafis tentang pengaruh penambahan jumlah uang beredar terhadap tingkat output keseimbangan. Penambahan jumlah
uang beredar sebesar 25% per tahun akan menyebabkan inflasi 25% per tahun.
Pengaruh peningkatan jumlah uang beredar terhadap inflasi adalah proporsional.
Hal ini menunjukkan asumsi netralitas uang. Perasamaan kuntitas uang menyatakan
bahwa:
MV = PT
Dimana: M = jumlah uang beredar
V = kecepatan perputaran uang per tahun (velositas uang)
P = tingkat harga umum
T = kuntitas produksi atau output (PDB) riil
Dalam analisis yang sebenarnya, nilai V dapat ditentukan
dengan membagi nilai pendapatan nasional (PT) dengan jumlah uang beredar (M),
atau V = PT / M. Dalam jangka pendek velositas uang dapat dianggap konstan. Dan
nilai T tidak dipengaruhi oleh jumlah uang beredar (konstan) karena
perekonomian berada dalam kondisi full-employment.
Persamaan dapat ditulis juga
sebagai berikut:
Dimana : = perubahan jumlah uang beredar per tahun
= perubahan harga atau inflasi per tahun
Dengan demikian, tingkat inflasi ditentukan oleh
perubahan jumlah uang beredar.
B. MODEL KESEIMBANGAN
KEYNESIAN
Model
keseimbangan Keynesian dibangun berdasarkan interpretasi ide-ide Keynes,
terutama yang termuat dalam bukunya, The
General Theory of Employment, Interest, and Money (1936), yang dikenal
sebagai The General Theory. Para
ekonom mengembangkan model keseimbangan ini bahwa analisis Keynes pada dasarnya
analisis keseimbangan. Menurut ekonom yang berpandangan berbeda, analisis
Keynes pada dasarnya analisis di luar keseimbangan (disequilibrium analysis). Argumentasi mereka adalah Keynes sendiri
berpendapat bahwa harga (upah tenaga kerja) dalam jangka pendek cenderung kaku,
sehingga pasar tidak selalu berada dalam keseimbangan.
1. Pentingnya
Sisi Permintaan Agregat
Model
keseimbangan Keynesian berbeda dengan model Klasik tentang faktor dominannya.
Jika model keseimbangan Klasik sangat mementingkan sisi penawaran agregat,
model keseimbangan Keynesian justru sangat mementingkan sisi permintaan
agregat.
Pandangan
tersebut dapat dimaklumi jika melihat konteks perkembangan ekonomi Barat,
ketika The General Theory diterbitkan
(1936). Kemajuan teknologi yang meningkatkan kemampuan produksi membuat
pandangan supply creates its own demand
menjadi kurang relevan, sebab jumlah uang yang diproduksi para produsen sudah
jauh lebih besar daripada kebutuhan. Sementara itu, keuntungan dari kegiatan
produksi disimpan dalam bentuk uang.
Menurut
Keynes, penyebab ambruknya perekonomian kapitalis 1929-1933 adalah tidak stabilnya
sektor swasta. Karena itu memperkuat perekonomian kapitalis perlu campur tangan
pemerintah. Tetapi tidak dalam proses produksi, melainkan menstimulir
permintaan agregat.
a. Komponen-Komponen
Permintaan Agregat
Komponen permintaan agregat, yaitu: Y = C + I +
G + (X – M)
Dimana: C = konsumsi rumah tangga X = ekspor
I = investasi sektor dunia usaha M = impor
G = pengeluaran pemerintah
Konsumsi
Rumah Tangga (C)
Menurut Keynes,
besarnya konsumsi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel (Yd)
saat ini. Fungsi konsumsi tersebut, yaitu
C = C0 + bYd, di mana pendapatan disposabel adalah
pendapatan adalah pendapatan setelah dikurangi pajak (T), atau Yd =
Y. Dengan demikian, fungsi konsumsi dapat ditulis sebagai: C = C0 + bY
Pengeluaran
Investasi (I)
Besarnya pengeluaran
(permintaan) investasi sektor dunia usaha berhubungan terbalik dengan tingkat
bunga. Makin rendah tingkat bunga, permintaan investasi makin besar. Begitu
sebaliknya. I = ¶I / ¶r < 0. Namun juga, untuk
sementara ini, fungsi investasi dianggap otonomus. Besarnya pengeluaran
investasi tidak ditentukan oleh tingkat bunga, melainkan dianggap konstan.
Dengan demikian, fungsi investasi adalah: I = I0
Dimana: I0 = investasi
otonomus
Pengeluaran
Pemerintah (G)
Besarnya pengeluaran
pemerintah dapat ditentukan dengan berbagai faktor, terutama jumlah penduduk
dan tingkat pendapatan nasional.
G = f(Pop, Y)
Dimana: Pop = jumlah penduduk (population)
Y = output
nasional atau PDB (produk Domestik Bruto)
Untuk sementara
jumlah penduduk dan PDB dianggap otomus, sehingga fungsi pengeluaran pemerintah
adalah: G = G0
Ekspor
(X)
Besarnya ekspor
memberikan gambaran tentang besarnya permintaan luar negeri terhadap produk
domestik. Karena itu besarnya ekspor sangat ditentukan oleh faktor-faktor
eksternal, yang berada di luar kendali kekuatan domestik, misalnya pendapatan
nasional negara tujuan ekspor, harga relatif, dan selera. Karena itu fungsi
ekspor umumnya dianggap eksogenus. X = X0
Impor
(M)
Untuk memenuhi
permintaan pasar domestik umumnya dilakukan dengan impor. Faktor utama yang
paling mempengaruhi besarnya imjpor adalah pendapatan nasional, dimana ada
kecenderungan bila pendapatan nasional makin besar, impor juga semakin besar.
Dimana: M = impor
Y = pendapatan nasional (PDB)
Impor dianggap
eksogenus, sehingga fungsi impor dapat ditulis: M = M0
b. Total
Pengeluaran Agregat
Total
pengeluaran agregat adalah total penjumlahan C + I + G + (X – M). Jika
pengeluaran agregat (agregat expenditure)
dinotasikan sebagai AE, maka:
AE = C + I = G = (X – M) = C0 + bY +
I0 + G0 + (X0 – M0)
Agar menjadi
lebih sederhana, maka (X0 –M0) dinotasikan sebagai NX,
yang merupakan ekspor neto. Dengan demikian persamaan pengeluaran agregat
menjadi: AE = C0 + bY +
I0 + G0 + NX
Jika ekspor neto positif (NX > 0),
perekonomian menikmati surplus perdagangan dan hal ini akan memperbesar
pengeluaran agregat. Sebaliknya jika NX < 0, perekonomian mengalami defisit perdagangan,
yang menurunkan pengeluaran agregat. Persamaan AE masih dapat lebih
disederhanakan lagi dengan menggabungkan seluruh pengeluaran otonomus menjadi
satu variabel.
Dimana A
merupakan total pengeluaran otonomus (A = C0 + I0 + G0
+ NX). Diagram ini mempresentasikan pengeluaran agregat dalam bentuk grafis, di
mana Diagram 11.1.a adalah AE dengan NX > 0, sedangkan pada diagram 11.1.b
adalah AE dengan NX < 0.
c. Pendapatan
Nasional Dalam Keseimbangan
Dalam analisis Keynesian, besarnya
pendapatan nasional (Y) dilihat dari besarnya pengeluaran. Besarnya output sama dengan besarnya pengeluaran.
Namun berdasarkan model konsumsi Keynes, tidak semua output (Y) dibelanjakan. Bagian yang tidak dibelanjakan itu disebut
tabungan. Dengan demikian total pendapatan nasional menjadi: Y = C + S
Dimana: Y =
PDB
C
= konsumsi rumah tangga
S
= tabungan
Persamaan
dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram 11.2 berikut ini, di mana Y = C + S
digambarkan dalam bentuk kurva linier dengan sudut kemiringan 450.
Perekonomian
dikatakan akan berada dalam keseimbangan jika pengeluaran agregat sama dengan
pendapatan nasional. Tingkat output
(pendapatan nasional) yang tercapai pada kondisi keseimbangan tersebut dikenal
sebagai pendapatan nasional dalam keseimbangan atau, dapat juga disebut output keseimbangan. Untuk selanjutnya
pendapatan nasional keseimbangan dinotasikan Y*.
2. Model
Keseimbangan Perekonomian Tertutup Dua Sektor
Model
keseimbangan Keynesian yang paling sederhana adalah model perekonomian tertutup
dua sektor. Perekonomian tidak melakukan hubungan ekonomi dengan dunia
internasional dan terdiri atas sektor: rumah tangga dan dunia usaha.
a. Output
Keseimbangan
Dalam
perekonomian tertutup dua sektor, pengeluaran agregat adalah total pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan investasi sektor dunia usaha:
AE = C + I
= C0 + bY + I0
= C0 + I0 + bY
=
A + bY
Dimana A
adalah total pengeluaran otonomus (A = C0 + I0)
Keseimbangan
ekonomi tercapat bila pengeluaran agregat sama dengan pendapatan nasional.
Kerena tingkat konsumsi pada tingkat keseimbangan sangat ditentukan oleh
besarnya Y*, maka fungsi konsumsi dapat juga ditulis sebagai:
C = C0
+ bY
Besarnya Y*
dapat dihitung seperti berikut ini:
Y* = AE
= C0 + bY* + I0
= C0
+ I0 + bY*
= A + bY*
Y* - bY* = A
(1-b)Y* = A
Y*
=
Contoh Kuantitatif
Kasus 11.1
Misalkan C = 100 + 0,8 dan I = 200,
maka
AE =
C + I = 100 + 0,8Y + 200
= 300 + 0,8Y, atau
=
300 + 0,8Y*
Besarnya Y* dapat dihitung dengan
menyamakan Y dan AE
Y* = AE
= 300 + 0,8Y*
0,2Y* = 300
Besarnya
output keseimbangan (Y*) adalah 1.500, yang terdiri atas pengeluaran konsumsi
rumah tangga dan investasi. Besarnya konsumsi pada kondisi keseimbangan adalah:
C = 100 + 0,8Y* = 100 + 0,8 (1.500) =
1.300
Besarnya I, karena otonomus
adalah sama dengan 200. Kondisi keseimbangan dapat digambarkan seperti dalam
diagram 11.4 berikut ini.
b. Dampak
Perubahan Pengeluaran Investasi Otonomus
Kasus 11.1
dikembangkan menjadi kasus 11.2 dengan menganggap investasi otonomus berubah
(bertambah) sebanyak 50 unit.
Kasus 11.2
Fungsi
investasi otonomus berubah menjadi II = 250, sehingga pengeluaran
agregat juga berubah menjadi:
AE1 = C + II = 100 + 0,8Y* + 250 = 350
+ 0,8Y*
Output keseimbangan yang baru (Y*1)
adalah:
Y = AE = 350 + 0,8 Y*1
0,2Y*1 = 350
Y1 = 1.750
Y* = Y*1 – Y* = 1.750 – 1500
= 250
Penambahan
investasi otonomus sebesar 50 menyebabkan Y* meningkat sebesar 250.
c.
Dampak Perubahan Konsumsi Otonomus
Sekarang kasus
11.1 dikembangkan menjadi 11.3 dimana yang berubah adalah konsumsi otonomus (C0),
yaitu naik sebesar 50 unit (C0 = 50).
Kasus 11.3
Berdasarkan
informasi tersebut di atas maka fungsi konsumsi menjadi: C1 = 150 +
0,8Y*. Sedangkan fungsi pengeluaran agregat menjadi:
AE1 = 150 + 0,8Y* + 200
= 350 + 0,8Y*
Besarnya
output keseimbangan yang baru (Y*1) dapat dihitung dengan menyamakan
Y*1 dan AE1.
Y*1 = AE1
= 350 + 0,8 Y*1
0,2Y*1
= 350
Y*1 = 1.750
d. Efek
Multiplier (Penggandaan)
Kasus 11.2 dan
11.3 menunjukkan bahwa perubahan pengeluaran otonomus (A), yaitu konsumsi
otonomus (C0) dan atau investasi otonomus (I0), telah
menyebabkan penambahan Y* berlipat ganda. Artinya penambahan pengeluaran
otonomus menimbulkan efek pelipatgandaan terhadap output keseimbangan (Y*).
Efek inilah yang disebut sebagai efek pelipatgandaan atau efek multiplier.
Konsep ini
menunjukkan bahwa perubahan pengeluaran otonomus sebesar 1 unit akan mengubah
output keseimbangan beberapa kali lipat besarnya perubahan pengeluaran
otonomus.
e. Dinamika
Proses Pelipatgandaan
Proses
pelipatgandaan tidak berjalan seketika, tetapi berulang-ulang sampai tak
terhingga. Misalnya, penambahan investasi otonomus sebesar 100, pada tahap
pertama akan meningkatkan permintaan agregat sebesar 100 juga, sehingga
meningkatkan pengeluaran konsumsi sebesar 80.
Tahap kedua
penambahan konsumsi sebesar 80 akan meningkatkan permintaan agregat sebesar 80.
Tahap ketiga pengeluaran agregat, yang berarti peningkatan pendapatan, akan
meningkatkan konsumsi sebesar 80 x 0,8 = 64. Begitupula seterusnya. Dampak
pengaruhnya dalam perputaran tak terhingga bisa diketahui dengan meggunakan
rumus penjumlahan deret ukur suku tak terhingga (S), yaitu = I0 / (1-b).
3. Model
Keseimbangan Perekonomian Tertutup Tiga Sektor
Model ekonomi
tiga sektor memasukkan sektor pemerintah, yang diwakili oleh pengeluaran
pemerintah (G).
a. Output
Keseimbangan
Dengan demikian pengeluaran agregat
menjadi:
AE = C + I + G
= C0 + bY + I0 + G0
= C0 + I0 + G0 + bY
= A + bY
Dimana A sekarang terdiri atas (C0
+ I0 + G0).
Sama halnya
dengan model dua sektor, dalam model tiga sektor output keseimbangan dapat
dihitung dengan menyamakan Y dan AE. Kasus 11.1 kita kembangkan menjadi kasus
11.4 dengan menambahkan fungsi pengeluaran pemerintah.
Contoh Kuantitatif (Kasus
11.4)
Misalkan
pengeluaran pemerintah adalah G = 300, maka pengeluaran agregat menjadi:
AE = C +
I + G
= 100 + 0,8Y* + 200 + 300
= 600 + 0,8Y
Y* =
AE = 600 + 0,8Y*
0,2Y*= 600
Y* =
3.000
Pada tingkat
keseimbangan, besarnya C = 100 + 0,8 (3.000) = 2.500, sedangkan I0 =
200 dan G0 = 300
b. Dampak
perubahan Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah
dapat memengaruhi tingkat output keseimbangan dengan menambah atau mengurangi
pengeluarannya. Besarnya efek perubahan pengeluaran pemerintah adalah sama
dengan pengaruh perubahan investasi (I0) atau konsumsi otonomus (C0),
sehingga dampak perubahan pengeluaran pemerintah terhadap perekonomian dapat
ditulis sebagai:
Kasus
11.5
Kasus
11.4 dikembangkan menjadi kasus 11.5, dengan menganggap pengeluaran otonomus pemerintah
bertambah sebesar 100, sehingga G1 = 400, Pengeluaran agregat
menjadi:
AE1 = C + I + G1
= 100 + 0,8Y* + 200 + 400
= 700 + 0,8Y*
Output keseimbangan yang baru (Y*1):
Y*1 = AE1
= 700 + 0,8Y
0,2
Y*1 = 700
Y*1 =
3.500 atau Y* = Y*1 – Y* = 3.500 - 3.000 = 500,
dimana
500 = 100/(1-0,8)
Persamaan
di atas menunjukkan bahwa injeksi pemerintah lewat pengeluarannya dapat
menstimulir pertumbuhan ekonomi, dilihat dari peningkatan output yang beberapa kali lipat dari penambahan pengeluaran pemerintah.
Bagi masyarakat, meningkatnya output
berarti peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan
konsumsi, yang berarti meningkatkan kesejahteraan.
4. Model
Perekonomian Empat Sektor (Perekonomian Terbuka)
Dalam model
empat sektor, perekonomian dianggap melakukan interaksi dengan dunia luar,
melalui ekspor dan impor barang. Sektor impor-ekspor ini disebut juga sektor
luar negeri (sektor keempat). Karenanya, model perekonomian empat sektor
disebut juga sebagai model perekonomian terbuka.
a. Output
Keseimbangan
Dalam perekonomian trbuka, fungsi
pengeluaran agregat adalah:
AE = C+I+G+ (X-M) = C+I+G+NX
= C0
+ bY + I0 + G0 + (X0 – M0)
= C0 +
I0 + G0 + NX + bY
= A + bY
Di mana A sekarang terdiri atas (C0
+ I0 + G0 + NX). Output keseimbangan tercapai bila Y = AE.
b. Dampak
Surplus Neraca Perdagangan
Dalam telaah
ekonomi internasional, nilai NX memberikan informasi tentang salha satu neraca
dalam Neraca Pembayaran, yaitu Neraca Perdagangan. Jika NX > 0, ekspor >
impor, yang berarti terjadi surplus Neraca Perdagangan. Jika NX < 0, yang
terjadi adalah sebaliknya. Dengan menggunakan model efek pelipatgandaan, akan
terlihat bahwa bila terjadi NX < 0, output keseimbangan akan berkurang dengan
cepat pula. Hubungan tersebut dinyatakan dalam persamaan di bawah ini.
5. Uang, Tingkat Bunga, dan
Keseimbangan Ekonomi
Menurut
Keynes, tingkat bunga merupakan indikator kelangkaan uang. Tingkat bunga yang
meningkat mengindikasikan tambahan permintaan uang lebih besar daripada
tambahan penawarannya. Begitu pula sebaliknya.
Kurva
penawaran uang adalah tegak lurus, karena jumlahnya ditentukan oleh keputusan
otoritas moneter (Bank Sentral). Sedangkan kurva permintaan mempunyai
kemiringan negatif, yang menunjukkan jika tingkat bunga makin rendah,
permintaan akan uang bertambah. Diagram 11.12 menunjukkan keseimbangan awal
terjadi di titik E0, pada saat Ms0 berpotongan
dengan MD0 merupakan permintaan uang pada saat tingkat
pendapatan Y0.
Tingkat
pemerintah menambah jumlah uang beredar, sehingga kurva bergeser ke Ms1,
akan menurunkan tingkat bunga keseimbangan dari r0 ke r1,
selama tingkat pendapatan tetap Y0. Tingkaty bunga keseimbangan akan
kembali ke r0 bila permintaan uang meningkat yang ditunjukkan dengan
pergeseran kurva MD0 ke MD1. Pergeseran
tersebut dimungkinkan bila tingkat pendapatan juga meningkat menjadi Y1.
Sebab MD1 adalah permintaan uang pada saat pendapatan
sebesar Y1.
Menurut kaum
Keynesian penambahan jumlah uang yang beredar pada awalnya akan menurunkan
tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga akan meningkatkan permintaan terhadap
investasi, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan nasional.
C. ANALISIS
KESEIMBANGAN MODEL KESEIMBANGAN SINTESIS KLASIK-KEYNESIAN
Teori-teori ekonomi makro yang dikategorikan
sebagai Sintesis Klasik-Keynes sangat banyak dan bervariasi. Salah satu yang
paling terkenal dan banyak digunakan sebagai alat analisis adalah model IS-LM (IS-LM model). Model tersebut
menjelaskan bahwa kondisi keseimbangan ekonomi (keseimbangan umum) akan tercapai
bila pasar barang-jasa dan pasar uang-modal secara simultan berada dalam
keseimbangan.
Keseimbangan
pasar barang-jasa tercapai bila penawaran barang dan jasa (aggregate supply) telah sama dengan
permintaannya (aggregate demand). Pada
saat itu, tingkat tabungan (saving) yang
mewakili sisi penawaran agregat, telah sama dengan investasi (investment) yang mewakili sisi
permintaan agregat. Kondisi itu digambarkan sebuah kurva yang disebut kurva IS (IS
curve) investment = saving (I = S).
Keseimbangan
pasar uang-modal tercapai bila permintaan uang (liquidity preference, disingkat L) telah sama dengan penawaran uang (money suppy, disingkat M). Secara grafis, kondisi keseimbangan
pasar uang dan modal digambarkan oleh kurva LM (LM curve). Nama kurva LM
juga dikaitkan dengan kondisi dimana permintaan uang – penawaran uang atau
jumlah uang beredar (L=M)
Keseimbangan
ekonomi (keseimbangan umum) tercapai bila pasar barang-jasa dan
pasar uang-modal secara bersamaan telah mencapai keseimbangan (I=S dan L=M).
1. Asumsi-asumsi
Pokok
Kurva
IS-LM dikatakan sebagai sintesis Klasik-Keynesian, ide Klasik yang dimasukkan
adalah keyakinan bahwa pasar akan dapat mencapai kondisi keseimbangan (market akuilibrium). Ide Keynes yang
dimasukkan adalah fungsi uang sebagai alat transaksi dan spekulasi. Jadi dalam
analisis IS-LM, uang tidaklah netral seperti pandangan klasik. Namun demikian
pasar akan tetap mampu mencapai keseimbangan.
Asumsi-asumsi
pokok yang mendasari model IS-LM
1. Pasar akan selalu berada dalam kondisi
keseimbangan
2. Fungsi uang adalah sebagai alat
transaksi dan spekulasi
3. Berlakunya hokum warlas
4. Perekonomian adalah perekonomian
tertutup
5. Model komparatif statis
2. Keseimbangan
Pasar Barang-Jasa: Kurva IS
Keseimbangan
pasar barang jasa akan tercapai bila total produksi sama dengan total
pengeluaran.
Y
= AE
C
+ S = C + I
Atau
keseimbangan pasar barang jasa tercapai bila S = I
Kurva
IS dapat didefiniskan sebagai kurva yang menunjukan hubungan antara berbagai tingkat
bunga dengan pendapatan nasional yang menjamin pasar barang dan pasar jasa
berada dalam keseimbangan.
Untuk
menurunkan kurva IS dibutuhkan dua kurva yaitu kurva keseimbangan Keynesian dan
kurva permintaan investasi. Agar proses penurunan (derivasi) kurva IS dapat
lebih mudah diikuti, fungsi konsumsi dan investasi diasumsikan linier.
Kombinasi tingkat bunga dan output keseimbangan,
diluar kurva IS, akan meenyebabkan pasar barang jasa tidak berada dalam
keseimbangan. Dalam arti, akan terjadi kelbihan permintaan (excess demand) atau kelebihan penawaran (excess supply).
Jika
pengaruh kebijakan fiscal pemerintah diabaikan, maka factor yang memengaruhi
sudut kemiringan kurva IS adalah sudut kemiringan kurva investasi.keinginan
investasi yang makin sensitive terhadap perubahan tingkat bunga ditunjukan oleh
kurva I yang makin mendatar. Ceteris
Paribus, kurva I yang makin mendatar akan menghasilkan kurva IS yang makin
mendatar. Begitu juga sebaliknya.
c.
Pergeseran kurva IS
Seandainya
pengaruh kebijakan fiscal pemerintah diabaikan, maka kurva IS akan bergeser
jika pengeluaran investasi otonomus berubah.
3. Keseimbangan
Pasar Uang-Modal: Kurva LM
Kurva
LM adalah kurva yang menunjukan hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan
pendapatan nasional yang menjamin (memungkinkan) pasar uang-modal berada dalam
keseimbangan.
a.
Penurunan Kurva LM
Untuk
menurunkan kurva LM dibutuhkan kurva penawaran uang dan Kurva permintaan uang.
Penawaran uang ditentukan oleh pemerintahan (bersifat eksogen), sehingga kurva
penawaran uang adalah tegak lurus. Sedangkan kurva permintaan uang bersudut
kemiringan negative, sebab selain ditentukan oleh tingkat pendapatan juga
ditentukan oleh tingkat bunga.
Titik-titik
yang berada di luar kurva LM menunjukan kondisi ketidakseimbangan pasar uang
dan modal. Titik-titik yang berada diatas kurva LM menunjukan kondisi kelebihan
penawaran uang, sedangkan titik-titik yang berada dibawah kurva LM menunjukan
kondisi kelebihan permintaan uang.
b.
Sudut kemiringan Kurva LM
Bila
pengaruh kebijakan fiscal pemerintah diabaikan, sudut kemiringan kurva LM
ditentukan oelh tingkat sensitivitas permintaan uang (spekulasi) terhadap perubahan tingkat bunga. Jika makin sensitive
maka kurva permintaan uang (MD) makin mendatar.
c. Pergeseran
Kurva LM
•
Perubahan
penawaran uang
Bila
permintaan uang tetap, penambahan jumlah uang yang beredar akan menggeser kurva
LM ke kanan. Sebaliknya, pengurangan jumlah uang yang beredar akan menggeser
kurva LM ke kiri.
•
Perubahan permintaan uang
Permintaan uang dikatakan bila pada tingkat
pendapatan yang sama, jumlah permintaannya bertambah atau berkurang. Perubahan
permintaan uang ini akan menggeser kurva LM.
4. Keseimbangan
Perekenomian ( Keseimbangan Umum )
Perekonomian
dikatakan telah mencapai keseimbangan (keseimbangan umum), bila baik pasar
barang-jasa telah berada dalam kondisi keseimbangan. Secara grafis,
keseimbangan tersebut tercapai bila kurva IS berpotongan dengan kurva LM.
5. Perubahan
Titik Keseimbangan
Keseimbangan
ekonomi dikatakan berubah jika secara grafis titik keseimbangan berubah. Ada
tiga penyebab perubahan keseimbangan, yaitu:
a. Kurva LM bergeser, kurva IS tetap
b. Kurva IS bergeser, Kurva LM tetap
c. Kurva IS dan LM bergeser bersamaan
APENDIKS
Cara lain untuk menurunkan kurva IS dan kurva
LM akan disampaikan dalam Apendiks ini.
1. Penurunan
kurva IS
Untuk
menurunkan kurva IS diperlukan tiga kurva, yaitu kurva permintaan investasi,
kurva tabungan, dan kurva investasi = tabungan.
a.
Kurva Permintaan Investasi ( Kurva I )
Kurva
permintaan investasi (Kurva I) menggambarkan hubungan negative anatara tingkat investasi
dengan tingkat bunga, karenanya memiliki slope
negative.
b.
Kurva Tabungan (Kurva S)
Bedasarkan
definisinya bahwa tabungan adlah pedapatan dikurangi konsumsi, maka fungsi
tabungan diturunkan dari fungsi konsumsi.
c.
Kurva I = S
Kurva
ini berbentuk garis lurus bersudut kemiringan 45° yang menggambarkan investasi
= tabungan. Fungsi kurva ini sebagai garis penolong untuk menemukan besarnya
investasi (I) agar sama dengan tingkat tabungan (S).
2. Penurunan
Kurva LM
Untuk
menurunkan kurva LM dibutuhkan tiga kurva, yaitu kurva permintaan uang untuk
transaksi (Mt), kurva permintaan uang untuk spekulasi (Msp),
dan kurva total permintaan uang (MD).
a.
Kurva Permintaan Uang untuk Transaksi
(Kurva Mt)
Karena
merupakan proposi tertentu dari tingkat pendapatan, maka permintaan uang untuk
transaksi makin banyak bila output makin
besar. Kurva Mt, berbentuk garis lurus bersudut kemiringan positif.
b.
Kurva Permintaan Uang untuk Spekulasi
(Kurva MSP)
Permintaan
uang untuk spekulasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga, karenanya
memiliki sudut kemiringan negative, sebagaimana halnya Kurva I.
c.
Kurva Total Permintaan Uang (Kurva MD)
Kurva
total permintaan uang merupakan penjumlahan dari kurva Mt, dan kurva
Msp ( MD = Mt + MSP )
Ketiga kurva tersebut di atas digabungkan
dalam bidang kuadran matematika sebgai berikut: kurva MSP di kuadran
I, kurva Mt, di kuadran III, dan kurva MD di kuadran IV.
Sedangkan kuadran II adalah kurva LM.
3. Menurunkan
Kurva Permintaan Agregat dari Kurva IS dan LM
Permintaan
agregat merupakan permintaan dalam kondisi keseimbangan, karenanya dapat
diturunkan dari kurva IS dan kurva LM. Pergeseran kurva LM menurunkan output keseimbangan dari Y1
ke Y2.
4. Dampak
Kebijakan Moneter Terhadap Permintaan Agregat
Kebijakan
moneter ekspansif akan meningkatkan jumlah uang beredar, yang berarti menaikan
nilai riil kas (real cash balances) dan
menggeser kurva LM ke kanan. Akibatnya tingkat bunga turun dan output keseimbangan naik.
5. Dampak
Kebijakan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat
Kebijakan
fiskal kespansif melalui peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan
pajak akan menggeer kurva IS ke kanan. Akibatnya output keseimbangan naik dan tingkat bunga juga naik.
TENGKYUUUUU
BalasHapus