Sabtu, 08 Juli 2017

Analisis Keseimbangan - Pengantar Ilmu Ekonomi Makro

A. ANALISIS KESEIMBANGAN MODEL KESEIMBANGAN KLASIK
Analisis keseimbangan adalah analisis ekonomi makro tentang terbentuknya tingkat harga dan jumlah output berdasarkan asumsi bahwa pada setiap pasar (barang dan jasa, tenaga kerja, uang) permintaan telah sama dengan penawaran, sehingga permintaan agregat telah sama dengan penawaran agregat.
Keterbatasan dari analisis keseimbangan ini adalah asumsi yang mendasarinya kurang realistis, terutama bila analisis jangka pendek. Dalam analisis keseimbangan, kita memperbanyak asumsi-asumsi dan faktor-faktor ceteris paribus. Tujuannya adalah agar analisis dapat menjadi lebih fokus.

1. Karakteristik Analisis Keseimbangan Klasik
a. Asumsi-asumsi
Dua asumsi paling penting yaitu perekonomian tersusun dari pasar yang berstruktur persaingan sempurna (perfect competition) dan uang bersifat netral (money neutrality). Konsekuensi dari asumsi ini adalah harga bersifat fleksibel (price flexibility), dalam arti mampu melakukan penyesuaian. Dengan demikian, pasar akan senantiasa berada dalam keseimbangan.

b. Pentingnya Fondasi Analisis Keseimbangan Mikro
Dalam pandangan kaum Klasik, perekonomian secara makro akan berada dalam keseimbangan jika setiap konsumen telah mencapai kondisi kepuasan / kegunaan maksimum, sedangkan setiap produsen telah mencapai laba maksimum.

c. Pentingnya Analisis Sisi Penawaran
Jika penawaran tergangu, konsumen dan atau produsen tidak atau belum mencapai keseimbangan. Pentingnya analisis sisi penawaran dari Teori Klasik dapat dipahami bila melihat situasi dan kondisi masyarakat pada saat teori ekonomi modern mulai berkembang. Di era modern sekarang ini, analisis sisi penawaran masih cukup relevan. Sebab tanpa insentif dan stimulasi di sisi penawaran perekonomian sulit berkembang.


d. Analisis Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Analisis jangka pendek umumnya berdimensi waktu  5 tahun. Dalam jangka panjang semua input bersifat variabel. Sementara itu, dilihat dari sisi penawaran, dalam jangka panjang perekonomian dianggap berada dalam kondisi dimanfaatkan/dikaryakan secara penuh (full-employment). Yaitu kondisi di mana faktor produksi yang ada, terutama barang modal dan tenaga kerja, tingkat pemanfaatannya 96%.

2. Fungsi Produksi Agregat
Dalam model Klasik, produksi merupakan fungsi dari jumlah barang modal yang tersedia (K) dan jumlah tenaga kerja (L).
Y = f(K,L)
Dimana: Y = output atau produksi agregat (PDB)
K = stok barang modal
L = tenaga kerja

Dalam jangka pendek, stok barang modal dianggap tetap, sehingga fungsi produksi menjadi:
Y = f ()
Dimana:  
= stok barang modal dengan jumlah konstan

Karena itu, tingkat produksi agregat semata-mata ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan:
Y = f (L)
Dimana :

Artinya, pada awalnya penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi agregat, tapi karena berlakunya hukum pertambahan hasil yang makin menurun, sampai jumlah tertentu penambahan tenaga kerja akan menurunkan output agregat. Dalam analisis mikro, hal tersebut divisualisasikan dalam grafik sebagai kurva produksi total dan kurva produksi marginal berikut ini.

3. Kesempatan Kerja Dalam Keseimbangan
Yaitu jumlah kesempatan kerja yang tersedia pada saat pasar tenaga kerja dalam keseimbangan. Kesempatan kerja dalam keseimbangan tidak mencerminkan kesempatan kerja yang sebenarnya tersedia, sebab kesempatan kerja yang tersedia ditentukan oleh permintaan tenaga kerja. Sedangkan kesempatan kerja dalam keseimbangan merupakan interaksi antara kekuatan permintaan dengan penawaran tenaga kerja.

a. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja dalam keseimbangan adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai laba maksimum. Karena beroperasi dalam pasar persaingan sempurna, maka posisi perusahaan adalah price taker, di mana harga yang ditetapkan pasar merupakan penerimaan marjinal (marginal revenue / MR) perusahaan. Untuk mencapai kondisi laba maksimum, perusahaan harus menyamakan MR dengan MC (MR = MC).
Biaya marginal (MC) adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan karena menambah output sebanyak satu unit. MC berbanding terbalik dengan produksi marjinal tenaga kerja (MPL), sehingga jika upah per orang tenaga kerja adalah W, maka biaya marjinal (MC) adalah:
Karena laba maksimum tercapai pada saat MR = P = MC, maka:
Persamaan tersebut mengambarkan fungsi permintaan tenaga kerja yang secara umum dapat ditulis sebagai :

(W / P) disebut sebagai upah rill (real wage). Upah riil akan berubah jika upah nominal dan atau harga berubah. Jika tingkat upah berubah dianggap tetap, dari persamaan (W / P) terlihat bahwa upah riil akan menjadi lebih rendah bila tingkat harga jual barang makin tinggi.
Tingkat upah riil juga akan turun jika harga jual barang tetap, tetapi tingkat upah nominal turun. Bila upah riil turun, produsen akan mau menambah tenaga kerja yang digunakan. Sebab, jika harga jual naik, produsen mau meningkatkan produksinya, yang berarti meningkatkan permintaan tenaga kerja. Permintaan terhadap tenaga kerja berbanding terbalik dengan tingkat upah riil:
Jika upah riil turun, permintaan terhadap tenaga kerja meningkat. Jumlah tenaga kerja yang memberikan keuntungan maksimal tercapai pada saat upah riil (W / P) sama dengan produksi marginal tenaga kerja (MPL). Kondisi keseimbangan tersebut digambarkan dalam diagram berikut.
Perusahaan akan mencapai laba maksimum jika jumlah tenaga kerja yang digunakan sebesar L*. Sebab pada saat itu (M / P) = MPL.

b. Penawaran Tenaga Kerja
Yaitu jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh individu (konsumen) pada berbagai tingkat upah (nominal), dalam upaya memaksimumkan utilitas hidupnya. Jadi, dalam analisis makro Klasik, penawaran tenaga kerja merupakan konsep keseimbangan konsumen. 

Sama seperti produsen, pertimbangan utama konsumen untuk mengalokasikan jam kerjanya adalah tingkat upah riil. Jika upah riil makin tinggi, maka biaya ekonomi dari tidak bekerja akan makin mahal. Dengan penghasilan yang tinggi, konsumen akan mencapai kondisi keseimbangan di tingkat yang lebih tinggi juga. Atau utilitas hidup konsumen makin tinggi. Sehingga hubungan positif antara upah riil dengan penawaran tenaga kerja :
Dimana: SL = penawaran tenaga kerja
 (W / P) = upah riil

c. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja dan Tingkat Output
Keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai ketika permintaan tenaga kerja sama dengan tingkat penawarannya. Ketika itu, baik produsen maupun tenaga kerja telah mencapai kondisi optimal. Keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai pada saat kesempatan kerja adalah L*, dengan tingkat upah riil adalah (W / P)*.
Jika jumlah tenaga kerja yang digunakan sebesar L*, maka tingkat produksi pada kondisi keseimbangan adalah Y*. Besarnya Y* dapat dihitung dengan berdasarkan fungsi produksi, Y = f(L). 

4. Jumlah Uang Beredar, Keseimbangan Ekonomi, & Tingkat Harga
a. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Permintaan Agregat
Uang tidak dapat memengaruhi tingkat output. Penambahan jumlah uang berdar hanya akan meningkatkan permintaan agregat.
Jika jumlah uang beredar terus ditambah (25% per tahun), permintaan agregat juga makin besar. Hal itu ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan agregat (AD) ke kanan. 

b. Penawaran Agregat
Dalam analisis keseimbangan Klasik, perekonomian berada dalam kondisi kesempatan kerja penuh (full-employment). Konsekuensi dari asumsi ini adalah tingkat penawaran tidak dapat ditambah lagi. Secara grafis hal itu ditunjukkan dengan tegak lurusnya kurva penawaran agregat.

c. Pengaruh Proporsional Jumlah Uang Beredar terhadap Inflasi
Keseimbangan ekonomi akan tercapai jika AD = AS. Analisis grafis tentang pengaruh penambahan jumlah uang beredar terhadap tingkat output keseimbangan. Penambahan jumlah uang beredar sebesar 25% per tahun akan menyebabkan inflasi 25% per tahun. Pengaruh peningkatan jumlah uang beredar terhadap inflasi adalah proporsional. Hal ini menunjukkan asumsi netralitas uang. Perasamaan kuntitas uang menyatakan bahwa: 
MV = PT
Dimana: M = jumlah uang beredar
V = kecepatan perputaran uang per tahun (velositas uang)
P = tingkat harga umum
T = kuntitas produksi atau output (PDB) riil

Dalam analisis yang sebenarnya, nilai V dapat ditentukan dengan membagi nilai pendapatan nasional (PT) dengan jumlah uang beredar (M), atau V = PT / M. Dalam jangka pendek velositas uang dapat dianggap konstan. Dan nilai T tidak dipengaruhi oleh jumlah uang beredar (konstan) karena perekonomian berada dalam kondisi full-employment.
Persamaan dapat ditulis juga sebagai berikut:               
Dimana :  = perubahan jumlah uang beredar per tahun
 = perubahan harga atau inflasi per tahun
Dengan demikian, tingkat inflasi ditentukan oleh perubahan jumlah uang beredar.

B. MODEL KESEIMBANGAN KEYNESIAN
Model keseimbangan Keynesian dibangun berdasarkan interpretasi ide-ide Keynes, terutama yang termuat dalam bukunya, The General Theory of Employment, Interest, and Money (1936), yang dikenal sebagai The General Theory. Para ekonom mengembangkan model keseimbangan ini bahwa analisis Keynes pada dasarnya analisis keseimbangan. Menurut ekonom yang berpandangan berbeda, analisis Keynes pada dasarnya analisis di luar keseimbangan (disequilibrium analysis). Argumentasi mereka adalah Keynes sendiri berpendapat bahwa harga (upah tenaga kerja) dalam jangka pendek cenderung kaku, sehingga pasar tidak selalu berada dalam keseimbangan.

1.  Pentingnya Sisi Permintaan Agregat
Model keseimbangan Keynesian berbeda dengan model Klasik tentang faktor dominannya. Jika model keseimbangan Klasik sangat mementingkan sisi penawaran agregat, model keseimbangan Keynesian justru sangat mementingkan sisi permintaan agregat.
Pandangan tersebut dapat dimaklumi jika melihat konteks perkembangan ekonomi Barat, ketika The General Theory diterbitkan (1936). Kemajuan teknologi yang meningkatkan kemampuan produksi membuat pandangan supply creates its own demand menjadi kurang relevan, sebab jumlah uang yang diproduksi para produsen sudah jauh lebih besar daripada kebutuhan. Sementara itu, keuntungan dari kegiatan produksi disimpan dalam bentuk uang.
Menurut Keynes, penyebab ambruknya perekonomian kapitalis 1929-1933 adalah tidak stabilnya sektor swasta. Karena itu memperkuat perekonomian kapitalis perlu campur tangan pemerintah. Tetapi tidak dalam proses produksi, melainkan menstimulir permintaan agregat.
a.  Komponen-Komponen Permintaan Agregat
Komponen permintaan agregat, yaitu:                   Y = C + I + G + (X – M)
Dimana: C = konsumsi rumah tangga                               X = ekspor
 I = investasi sektor dunia usaha                        M = impor
G = pengeluaran pemerintah

Konsumsi Rumah Tangga (C)
Menurut Keynes, besarnya konsumsi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel (Yd) saat ini. Fungsi konsumsi tersebut, yaitu  C = C0 + bYd, di mana pendapatan disposabel adalah pendapatan adalah pendapatan setelah dikurangi pajak (T), atau Yd = Y. Dengan demikian, fungsi konsumsi dapat ditulis sebagai:                               C = C0 + bY
Pengeluaran Investasi (I)
Besarnya pengeluaran (permintaan) investasi sektor dunia usaha berhubungan terbalik dengan tingkat bunga. Makin rendah tingkat bunga, permintaan investasi makin besar. Begitu sebaliknya. I = I / r < 0. Namun juga, untuk sementara ini, fungsi investasi dianggap otonomus. Besarnya pengeluaran investasi tidak ditentukan oleh tingkat bunga, melainkan dianggap konstan. Dengan demikian, fungsi investasi adalah:                     I = I0
Dimana: I0 = investasi otonomus

Pengeluaran Pemerintah (G)
Besarnya pengeluaran pemerintah dapat ditentukan dengan berbagai faktor, terutama jumlah penduduk dan tingkat pendapatan nasional.
G = f(Pop, Y)
Dimana: Pop = jumlah penduduk (population)
Y = output nasional atau PDB (produk Domestik Bruto)

Untuk sementara jumlah penduduk dan PDB dianggap otomus, sehingga fungsi pengeluaran pemerintah adalah:                           G = G0

Ekspor (X)
Besarnya ekspor memberikan gambaran tentang besarnya permintaan luar negeri terhadap produk domestik. Karena itu besarnya ekspor sangat ditentukan oleh faktor-faktor eksternal, yang berada di luar kendali kekuatan domestik, misalnya pendapatan nasional negara tujuan ekspor, harga relatif, dan selera. Karena itu fungsi ekspor umumnya dianggap eksogenus.              X = X0

Impor (M)
Untuk memenuhi permintaan pasar domestik umumnya dilakukan dengan impor. Faktor utama yang paling mempengaruhi besarnya imjpor adalah pendapatan nasional, dimana ada kecenderungan bila pendapatan nasional makin besar, impor juga semakin besar.
Dimana: M = impor
Y = pendapatan nasional (PDB)
Impor dianggap eksogenus, sehingga fungsi impor dapat ditulis: M = M0

b.  Total Pengeluaran Agregat
Total pengeluaran agregat adalah total penjumlahan C + I + G + (X – M). Jika pengeluaran agregat (agregat expenditure) dinotasikan sebagai AE, maka:
AE  = C + I = G = (X – M) = C0 + bY + I0 + G0 + (X0 – M0)
Agar menjadi lebih sederhana, maka (X0 –M0) dinotasikan sebagai NX, yang merupakan ekspor neto. Dengan demikian persamaan pengeluaran agregat menjadi:                           AE = C0 + bY + I0 + G0 + NX
Jika ekspor neto positif (NX > 0), perekonomian menikmati surplus perdagangan dan hal ini akan memperbesar pengeluaran agregat. Sebaliknya jika NX < 0, perekonomian mengalami defisit perdagangan, yang menurunkan pengeluaran agregat. Persamaan AE masih dapat lebih disederhanakan lagi dengan menggabungkan seluruh pengeluaran otonomus menjadi satu variabel.
AE = C0 + I0 + G0 + NX + bY = A + bY
Dimana A merupakan total pengeluaran otonomus (A = C0 + I0 + G0 + NX). Diagram ini mempresentasikan pengeluaran agregat dalam bentuk grafis, di mana Diagram 11.1.a adalah AE dengan NX > 0, sedangkan pada diagram 11.1.b adalah AE dengan NX < 0.

c.  Pendapatan Nasional Dalam Keseimbangan
Dalam analisis Keynesian, besarnya pendapatan nasional (Y) dilihat dari besarnya pengeluaran. Besarnya output sama dengan besarnya pengeluaran. Namun berdasarkan model konsumsi Keynes, tidak semua output (Y) dibelanjakan. Bagian yang tidak dibelanjakan itu disebut tabungan. Dengan demikian total pendapatan nasional menjadi:       Y = C + S 

Dimana: Y = PDB
C = konsumsi rumah tangga
S = tabungan
Persamaan dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram 11.2 berikut ini, di mana Y = C + S digambarkan dalam bentuk kurva linier dengan sudut kemiringan 450.

Perekonomian dikatakan akan berada dalam keseimbangan jika pengeluaran agregat sama dengan pendapatan nasional. Tingkat output (pendapatan nasional) yang tercapai pada kondisi keseimbangan tersebut dikenal sebagai pendapatan nasional dalam keseimbangan atau, dapat juga disebut output keseimbangan. Untuk selanjutnya pendapatan nasional keseimbangan dinotasikan Y*.

2.  Model Keseimbangan Perekonomian Tertutup Dua Sektor
Model keseimbangan Keynesian yang paling sederhana adalah model perekonomian tertutup dua sektor. Perekonomian tidak melakukan hubungan ekonomi dengan dunia internasional dan terdiri atas sektor: rumah tangga dan dunia usaha.
a.  Output Keseimbangan
Dalam perekonomian tertutup dua sektor, pengeluaran agregat adalah total pengeluaran konsumsi rumah tangga dan investasi sektor dunia usaha:
AE = C + I
= C0 + bY + I0
= C0 + I0 + bY
= A + bY
Dimana A adalah total pengeluaran otonomus (A = C0 + I0)
Keseimbangan ekonomi tercapat bila pengeluaran agregat sama dengan pendapatan nasional. Kerena tingkat konsumsi pada tingkat keseimbangan sangat ditentukan oleh besarnya Y*, maka fungsi konsumsi dapat juga ditulis sebagai:
C = C0 + bY
Besarnya Y* dapat dihitung seperti berikut ini:
Y*        = AE
             = C0 + bY* + I0
                 =  C0 + I0 + bY*
             = A + bY*
Y* - bY* = A
(1-b)Y*  = A
Y*          =

Contoh Kuantitatif
Kasus 11.1
Misalkan C = 100 + 0,8 dan I = 200, maka
AE  = C + I = 100 + 0,8Y + 200
                     = 300 + 0,8Y, atau
                    = 300 + 0,8Y*
Besarnya Y* dapat dihitung dengan menyamakan Y dan AE
Y*       = AE
           = 300 + 0,8Y*
0,2Y* = 300
Y*       = 1.500
Besarnya output keseimbangan (Y*) adalah 1.500, yang terdiri atas pengeluaran konsumsi rumah tangga dan investasi. Besarnya konsumsi pada kondisi keseimbangan adalah:
C = 100 + 0,8Y* = 100 + 0,8 (1.500) = 1.300
Besarnya I, karena otonomus adalah sama dengan 200. Kondisi keseimbangan dapat digambarkan seperti dalam diagram 11.4 berikut ini.

b.  Dampak Perubahan Pengeluaran Investasi Otonomus
Kasus 11.1 dikembangkan menjadi kasus 11.2 dengan menganggap investasi otonomus berubah (bertambah) sebanyak 50 unit.

Kasus 11.2
Fungsi investasi otonomus berubah menjadi II = 250, sehingga pengeluaran agregat juga berubah menjadi:
AE1  = C + II = 100 + 0,8Y* + 250 = 350 + 0,8Y*
Output keseimbangan yang baru (Y*1) adalah:
Y = AE = 350 + 0,8 Y*1
0,2Y*1 = 350
Y1   = 1.750
Y* = Y*1 – Y* = 1.750 – 1500
= 250
Penambahan investasi otonomus sebesar 50 menyebabkan Y* meningkat sebesar 250.

c.   Dampak Perubahan Konsumsi Otonomus
Sekarang kasus 11.1 dikembangkan menjadi 11.3 dimana yang berubah adalah konsumsi otonomus (C0), yaitu naik sebesar 50 unit (C0 = 50).
Kasus 11.3
Berdasarkan informasi tersebut di atas maka fungsi konsumsi menjadi: C1 = 150 + 0,8Y*. Sedangkan fungsi pengeluaran agregat menjadi:
AE1   = 150 + 0,8Y* + 200
         = 350 + 0,8Y*
Besarnya output keseimbangan yang baru (Y*1) dapat dihitung dengan menyamakan Y*1 dan AE1.
Y*1      = AE1
           = 350 + 0,8 Y*1
0,2Y*1 = 350
Y*1  = 1.750

d.  Efek Multiplier (Penggandaan)
Kasus 11.2 dan 11.3 menunjukkan bahwa perubahan pengeluaran otonomus (A), yaitu konsumsi otonomus (C0) dan atau investasi otonomus (I0), telah menyebabkan penambahan Y* berlipat ganda. Artinya penambahan pengeluaran otonomus menimbulkan efek pelipatgandaan terhadap output keseimbangan (Y*). Efek inilah yang disebut sebagai efek pelipatgandaan atau efek multiplier.
Konsep ini menunjukkan bahwa perubahan pengeluaran otonomus sebesar 1 unit akan mengubah output keseimbangan beberapa kali lipat besarnya perubahan pengeluaran otonomus.

e.  Dinamika Proses Pelipatgandaan
Proses pelipatgandaan tidak berjalan seketika, tetapi berulang-ulang sampai tak terhingga. Misalnya, penambahan investasi otonomus sebesar 100, pada tahap pertama akan meningkatkan permintaan agregat sebesar 100 juga, sehingga meningkatkan pengeluaran konsumsi sebesar 80.
Tahap kedua penambahan konsumsi sebesar 80 akan meningkatkan permintaan agregat sebesar 80. Tahap ketiga pengeluaran agregat, yang berarti peningkatan pendapatan, akan meningkatkan konsumsi sebesar 80 x 0,8 = 64. Begitupula seterusnya. Dampak pengaruhnya dalam perputaran tak terhingga bisa diketahui dengan meggunakan rumus penjumlahan deret ukur suku tak terhingga (S), yaitu  = I0 / (1-b).

3.  Model Keseimbangan Perekonomian Tertutup Tiga Sektor
Model ekonomi tiga sektor memasukkan sektor pemerintah, yang diwakili oleh pengeluaran pemerintah (G).
a.  Output Keseimbangan
Dengan demikian pengeluaran agregat menjadi:
AE = C + I + G
                  = C0 + bY + I0 + G0
                  = C0 + I0 + G0 + bY
     = A + bY
Dimana A sekarang terdiri atas (C0 + I0 + G0).
Sama halnya dengan model dua sektor, dalam model tiga sektor output keseimbangan dapat dihitung dengan menyamakan Y dan AE. Kasus 11.1 kita kembangkan menjadi kasus 11.4 dengan menambahkan fungsi pengeluaran pemerintah.

Contoh Kuantitatif (Kasus 11.4)
Misalkan pengeluaran pemerintah adalah G = 300, maka pengeluaran agregat menjadi:
AE    = C + I + G
          = 100 + 0,8Y* + 200 + 300
          = 600 + 0,8Y
Y*      = AE  = 600 + 0,8Y*
0,2Y*= 600
Y*      = 3.000
Pada tingkat keseimbangan, besarnya C = 100 + 0,8 (3.000) = 2.500, sedangkan I0 = 200 dan G0 = 300

b.  Dampak perubahan Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah dapat memengaruhi tingkat output keseimbangan dengan menambah atau mengurangi pengeluarannya. Besarnya efek perubahan pengeluaran pemerintah adalah sama dengan pengaruh perubahan investasi (I0) atau konsumsi otonomus (C0), sehingga dampak perubahan pengeluaran pemerintah terhadap perekonomian dapat ditulis sebagai:
Kasus 11.5
Kasus 11.4 dikembangkan menjadi kasus 11.5, dengan menganggap pengeluaran otonomus pemerintah bertambah sebesar 100, sehingga G1 = 400, Pengeluaran agregat menjadi:
AE1       = C + I + G1
            = 100 + 0,8Y* + 200 + 400
            = 700 + 0,8Y*
Output keseimbangan yang baru (Y*1):
Y*1      = AE1
            = 700 + 0,8Y
0,2 Y*1 = 700
Y*1      =  3.500 atau Y* = Y*1 – Y* = 3.500 - 3.000 = 500,
dimana 500 = 100/(1-0,8)

Persamaan di atas menunjukkan bahwa injeksi pemerintah lewat pengeluarannya dapat menstimulir pertumbuhan ekonomi, dilihat dari peningkatan output yang beberapa kali lipat dari penambahan pengeluaran pemerintah. Bagi masyarakat, meningkatnya output berarti peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi, yang berarti meningkatkan kesejahteraan.

4.  Model Perekonomian Empat Sektor (Perekonomian Terbuka)
Dalam model empat sektor, perekonomian dianggap melakukan interaksi dengan dunia luar, melalui ekspor dan impor barang. Sektor impor-ekspor ini disebut juga sektor luar negeri (sektor keempat). Karenanya, model perekonomian empat sektor disebut juga sebagai model perekonomian terbuka.
a.  Output Keseimbangan
Dalam perekonomian trbuka, fungsi pengeluaran agregat adalah:
AE  = C+I+G+ (X-M) = C+I+G+NX
       = C0 + bY + I0 + G0 + (X0 – M0)
        = C0 + I0 + G0 + NX + bY           
       = A + bY                            
Di mana A sekarang terdiri atas (C0 + I0 + G0 + NX). Output keseimbangan tercapai bila Y = AE.

b.  Dampak Surplus Neraca Perdagangan
Dalam telaah ekonomi internasional, nilai NX memberikan informasi tentang salha satu neraca dalam Neraca Pembayaran, yaitu Neraca Perdagangan. Jika NX > 0, ekspor > impor, yang berarti terjadi surplus Neraca Perdagangan. Jika NX < 0, yang terjadi adalah sebaliknya. Dengan menggunakan model efek pelipatgandaan, akan terlihat bahwa bila terjadi NX < 0, output keseimbangan akan berkurang dengan cepat pula. Hubungan tersebut dinyatakan dalam persamaan di bawah ini.

5.  Uang, Tingkat Bunga, dan Keseimbangan Ekonomi
Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan indikator kelangkaan uang. Tingkat bunga yang meningkat mengindikasikan tambahan permintaan uang lebih besar daripada tambahan penawarannya. Begitu pula sebaliknya.
Kurva penawaran uang adalah tegak lurus, karena jumlahnya ditentukan oleh keputusan otoritas moneter (Bank Sentral). Sedangkan kurva permintaan mempunyai kemiringan negatif, yang menunjukkan jika tingkat bunga makin rendah, permintaan akan uang bertambah. Diagram 11.12 menunjukkan keseimbangan awal terjadi di titik E0, pada saat Ms0 berpotongan dengan MD0 merupakan permintaan uang pada saat tingkat pendapatan Y0.
Tingkat pemerintah menambah jumlah uang beredar, sehingga kurva bergeser ke Ms1, akan menurunkan tingkat bunga keseimbangan dari r0 ke r1, selama tingkat pendapatan tetap Y0. Tingkaty bunga keseimbangan akan kembali ke r0 bila permintaan uang meningkat yang ditunjukkan dengan pergeseran kurva MD0 ke MD1. Pergeseran tersebut dimungkinkan bila tingkat pendapatan juga meningkat menjadi Y1. Sebab MD1 adalah permintaan uang pada saat pendapatan sebesar Y1.
Menurut kaum Keynesian penambahan jumlah uang yang beredar pada awalnya akan menurunkan tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga akan meningkatkan permintaan terhadap investasi, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan nasional.

C. ANALISIS KESEIMBANGAN MODEL KESEIMBANGAN SINTESIS KLASIK-KEYNESIAN
Teori-teori ekonomi makro yang dikategorikan sebagai Sintesis Klasik-Keynes sangat banyak dan bervariasi. Salah satu yang paling terkenal dan banyak digunakan sebagai alat analisis adalah model IS-LM (IS-LM model). Model tersebut menjelaskan bahwa kondisi keseimbangan ekonomi (keseimbangan umum) akan tercapai bila pasar barang-jasa dan pasar uang-modal secara simultan berada dalam keseimbangan.
Keseimbangan pasar barang-jasa tercapai bila penawaran barang dan jasa (aggregate supply) telah sama dengan permintaannya (aggregate demand). Pada saat itu, tingkat tabungan (saving) yang mewakili sisi penawaran agregat, telah sama dengan investasi (investment) yang mewakili sisi permintaan agregat. Kondisi itu digambarkan sebuah kurva yang disebut kurva IS (IS curve) investment = saving (I = S).
Keseimbangan pasar uang-modal tercapai bila permintaan uang (liquidity preference, disingkat L) telah sama dengan penawaran uang (money suppy, disingkat M). Secara grafis, kondisi keseimbangan pasar uang dan modal digambarkan oleh kurva LM (LM curve). Nama kurva LM juga dikaitkan dengan kondisi dimana permintaan uang – penawaran uang atau jumlah uang beredar (L=M)
Keseimbangan ekonomi (keseimbangan umum) tercapai bila pasar barang-jasa dan pasar uang-modal secara bersamaan telah mencapai keseimbangan (I=S dan L=M).
1.  Asumsi-asumsi Pokok
Kurva IS-LM dikatakan sebagai sintesis Klasik-Keynesian, ide Klasik yang dimasukkan adalah keyakinan bahwa pasar akan dapat mencapai kondisi keseimbangan (market akuilibrium). Ide Keynes yang dimasukkan adalah fungsi uang sebagai alat transaksi dan spekulasi. Jadi dalam analisis IS-LM, uang tidaklah netral seperti pandangan klasik. Namun demikian pasar akan tetap mampu mencapai keseimbangan.
Asumsi-asumsi pokok yang mendasari model IS-LM
1.    Pasar akan selalu berada dalam kondisi keseimbangan
2.    Fungsi uang adalah sebagai alat transaksi dan spekulasi
3.    Berlakunya hokum warlas
4.    Perekonomian adalah perekonomian tertutup
5.    Model komparatif statis

2.  Keseimbangan Pasar Barang-Jasa: Kurva IS
Keseimbangan pasar barang jasa akan tercapai bila total produksi sama dengan total pengeluaran.
Y = AE
C + S = C + I
Atau keseimbangan pasar barang jasa tercapai bila S = I
Kurva IS dapat didefiniskan sebagai kurva yang menunjukan hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan pendapatan nasional yang menjamin pasar barang dan pasar jasa berada dalam keseimbangan.
a.    Penurunan kurva IS
Untuk menurunkan kurva IS dibutuhkan dua kurva yaitu kurva keseimbangan Keynesian dan kurva permintaan investasi. Agar proses penurunan (derivasi) kurva IS dapat lebih mudah diikuti, fungsi konsumsi dan investasi diasumsikan linier. Kombinasi tingkat bunga dan output keseimbangan, diluar kurva IS, akan meenyebabkan pasar barang jasa tidak berada dalam keseimbangan. Dalam arti, akan terjadi kelbihan permintaan (excess demand) atau kelebihan penawaran (excess supply).

b.    Sudut kemiringan kurva IS
Jika pengaruh kebijakan fiscal pemerintah diabaikan, maka factor yang memengaruhi sudut kemiringan kurva IS adalah sudut kemiringan kurva investasi.keinginan investasi yang makin sensitive terhadap perubahan tingkat bunga ditunjukan oleh kurva I yang makin mendatar. Ceteris Paribus, kurva I yang makin mendatar akan menghasilkan kurva IS yang makin mendatar. Begitu juga sebaliknya.
 

c.    Pergeseran kurva IS
Seandainya pengaruh kebijakan fiscal pemerintah diabaikan, maka kurva IS akan bergeser jika pengeluaran investasi otonomus berubah.

3.  Keseimbangan Pasar Uang-Modal: Kurva LM
Kurva LM adalah kurva yang menunjukan hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan pendapatan nasional yang menjamin (memungkinkan) pasar uang-modal berada dalam keseimbangan.
a.    Penurunan Kurva LM
Untuk menurunkan kurva LM dibutuhkan kurva penawaran uang dan Kurva permintaan uang. Penawaran uang ditentukan oleh pemerintahan (bersifat eksogen), sehingga kurva penawaran uang adalah tegak lurus. Sedangkan kurva permintaan uang bersudut kemiringan negative, sebab selain ditentukan oleh tingkat pendapatan juga ditentukan oleh tingkat bunga.
Titik-titik yang berada di luar kurva LM menunjukan kondisi ketidakseimbangan pasar uang dan modal. Titik-titik yang berada diatas kurva LM menunjukan kondisi kelebihan penawaran uang, sedangkan titik-titik yang berada dibawah kurva LM menunjukan kondisi kelebihan permintaan uang.

b.    Sudut kemiringan Kurva LM
Bila pengaruh kebijakan fiscal pemerintah diabaikan, sudut kemiringan kurva LM ditentukan oelh tingkat sensitivitas permintaan uang (spekulasi) terhadap perubahan tingkat bunga. Jika makin sensitive maka kurva permintaan uang (MD) makin mendatar.
c.  Pergeseran Kurva LM
Perubahan penawaran uang
Bila permintaan uang tetap, penambahan jumlah uang yang beredar akan menggeser kurva LM ke kanan. Sebaliknya, pengurangan jumlah uang yang beredar akan menggeser kurva LM ke kiri.
• Perubahan permintaan uang
     Permintaan uang dikatakan bila pada tingkat pendapatan yang sama, jumlah permintaannya bertambah atau berkurang. Perubahan permintaan uang ini akan menggeser kurva LM.

4.  Keseimbangan Perekenomian ( Keseimbangan Umum )
Perekonomian dikatakan telah mencapai keseimbangan (keseimbangan umum), bila baik pasar barang-jasa telah berada dalam kondisi keseimbangan. Secara grafis, keseimbangan tersebut tercapai bila kurva IS berpotongan dengan kurva LM.

5.  Perubahan Titik Keseimbangan
Keseimbangan ekonomi dikatakan berubah jika secara grafis titik keseimbangan berubah. Ada tiga penyebab perubahan keseimbangan, yaitu:
a.    Kurva LM bergeser, kurva IS tetap
b.    Kurva IS bergeser, Kurva LM tetap
c.    Kurva IS dan LM bergeser bersamaan

APENDIKS                                                        
Cara lain untuk menurunkan kurva IS dan kurva LM akan disampaikan dalam Apendiks ini.
1.  Penurunan kurva IS
Untuk menurunkan kurva IS diperlukan tiga kurva, yaitu kurva permintaan investasi, kurva tabungan, dan kurva investasi = tabungan.
a.    Kurva Permintaan Investasi ( Kurva I )
Kurva permintaan investasi (Kurva I) menggambarkan hubungan negative anatara tingkat investasi dengan tingkat bunga, karenanya memiliki slope negative.

b.    Kurva Tabungan (Kurva S)
Bedasarkan definisinya bahwa tabungan adlah pedapatan dikurangi konsumsi, maka fungsi tabungan diturunkan dari fungsi konsumsi.

c.    Kurva I = S
Kurva ini berbentuk garis lurus bersudut kemiringan 45° yang menggambarkan investasi = tabungan. Fungsi kurva ini sebagai garis penolong untuk menemukan besarnya investasi (I) agar sama dengan tingkat tabungan (S).

2.  Penurunan Kurva LM
Untuk menurunkan kurva LM dibutuhkan tiga kurva, yaitu kurva permintaan uang untuk transaksi (Mt), kurva permintaan uang untuk spekulasi (Msp), dan kurva total permintaan uang (MD).
a.    Kurva Permintaan Uang untuk Transaksi (Kurva Mt)
Karena merupakan proposi tertentu dari tingkat pendapatan, maka permintaan uang untuk transaksi makin banyak bila output makin besar. Kurva Mt, berbentuk garis lurus bersudut kemiringan positif.

b.    Kurva Permintaan Uang untuk Spekulasi (Kurva MSP)
Permintaan uang untuk spekulasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga, karenanya memiliki sudut kemiringan negative, sebagaimana halnya Kurva I.

c.    Kurva Total Permintaan Uang (Kurva MD)
Kurva total permintaan uang merupakan penjumlahan dari kurva Mt, dan kurva Msp ( MD = Mt + MSP )

Ketiga kurva tersebut di atas digabungkan dalam bidang kuadran matematika sebgai berikut: kurva MSP di kuadran I, kurva Mt, di kuadran III, dan kurva MD di kuadran IV. Sedangkan kuadran II adalah kurva LM.

3.  Menurunkan Kurva Permintaan Agregat dari Kurva IS dan LM
Permintaan agregat merupakan permintaan dalam kondisi keseimbangan, karenanya dapat diturunkan dari kurva IS dan kurva LM. Pergeseran kurva LM menurunkan output keseimbangan dari Y1 ke Y2.
4.  Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Permintaan Agregat
Kebijakan moneter ekspansif akan meningkatkan jumlah uang beredar, yang berarti menaikan nilai riil kas (real cash balances) dan menggeser kurva LM ke kanan. Akibatnya tingkat bunga turun dan output keseimbangan naik.

5.  Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat
Kebijakan fiskal kespansif melalui peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak akan menggeer kurva IS ke kanan. Akibatnya output keseimbangan naik dan tingkat bunga juga naik.



1 komentar: